Gambar 1

Go to susiloe.blogspot.com

Gambar 2

Go to susiloe.blogspot.com

Gambar 3

Go to susiloe.blogspot.com

Gambar 4

Go to susiloe.blogspot.com

Gambar 5

Go to susiloe.blogspot.com

IKLAN

ads ads ads ads

Rabu, 28 Desember 2011

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran - Metode Mengajar“Cara mengajar yg dpt digunakan untuk semua bahan pelajaran” Misalnya:

Metode: ceramah, penemuan, ekspositori, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah, dsb. Teknik Mengajar“Cara mengajar yg memerlukan keahlian khusus atau bakat khusus”

Beberapa model pembelajaran matematika antara lain :

A. Model pembelajaran dengan pendekatan induktif dan deduktif.


Kedua pendekatan ini merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa dengan bahan ajar. Kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan deduktif merupakan suatu penalaran dari umum ke khusus, sedangkan pendekatan induktif suatu penalaran dari khusus ke umum.

  • Pendekatan deduktif berdasarkan penalaran deduktif.
  • Penalaran deduktif = cara berpikir menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus.
  • Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogisme; terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi)
  • Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis): Premis Mayor dan Premis Minor.
  • Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premi itu.

B. Metode Ceramah yang Menyenangkan


Metode ceramah yang monoton, memanglah dirasakan sangat membosankan bagi para peserta didiknya, apalagi bila disajikan dalam bentuk dongeng, yang berfungsi sebagai pengantar siswanya untuk tidur di malam yang hening, bahkan kadang kala si pengajar melenceng dari materi yang semestinya disampaikan, justru ia malah menceritakan tentang keadaan keluarganya, sampai ke para tetangganya, seolah-olah si guru itu curhat kepada muridnya. Hal ini serupoa dengan sebuah situs dari internet yang menceritakan


Ini adalah contoh nyata dari bumi belahan lain di dunia pendidikan, oleh karena itu kita sebagai calon guru masa depan yang baik, haruslah mempersiapkan segala sesuatunya, baik itu dari segi disiplin ilmu, pemahaman segala konsep dan teknik segala keterampilan, hubungan sosial terhadap lingkungan, serta akhlak dari personal kita sendiri, karena bukanlah tidak mungkin, kisah dosen tadi terjadi pada diri kita, menjadi seorang pengajar yang membosankan, tidak menarik, bahkan sampai dijuluki ‘monster’ oleh anak didik kita sendiri.

C. Model pembelajaran dengan pendekatan ekspositori


Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal menerima apa yang disajikan oleh guru. Jadi guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistimatis sehingga siswa dapat menerimanya dengan mudah.

Untuk itu dalam proses pembelajaran guru perlu melakukan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan bahan ajar yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, jika perlu guru membuat gambar maupun menggunakan media yang dianggap dapat lebih mempermudah siswa memahami bahan ajar yang disampaikan.

D. Model pembelajaran dengan Pendekatan Proses


Dalam pendekatan ini guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Atas bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala (2003), dalam pendekatan proses ini yang dapat dilakukan siswa antara lain: mengamati gejala yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari hubungan konsep konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan.Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas seperti tersebut diatas dilaksanakan.

E. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing


Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti pertunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.


Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


Seringkali peranan guru dalam penemuan terbimbing diungkapkan dalam lembar kerja penemuan terbimbing. Lembar kerja ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat). Penyusunan lembar kerja jenis ini biasanya
diawali dari guru menyiapkan secara lengkap tahap demi tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat atau prinsip atau rumus.


Penjelasan ini dituang dalam suatu tulisan secara lengkap. Kemudian dipikirkan, jika penjelasan itu dilakukan di kelas, dan dilakukan dengan tanya jawab, dicatat di bagian manakah yang kiranya perlu digunakan sebagai bahan tanya jawab. Bagian yang ditanyakan ini dapat berupa pendapat siswa tentang bahan yang lalu yang perlu digunakan dalam pengembangan konsep,atau pendapat siswa tentang tahapan yang perlu dipertimbangkan dalam melangkah, atau isian yang berupa bilangan atau kata kunci dalam menuju tujuan penemuan tersebut.

Bagian-bagian yang perlu ditanyakan tadilah yang perlu dihapus dari catatan penjelasan lengkap, dan dalam lembar kerja diungkapkan dalam bentuk tempat kosong atau titik-titik yang harus diisi oleh siswa Strategi Dan Pendekatan Dalam Model Investigasi Flenor (1974) membagi kegiatan guru menjadi 5 (lima) tahap:

  1. Apersepsi
  2. Investigasi
  3. Diskusi
  4. Penerapan dan
  5. Pengayaan

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya.


Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal investigasi yang dilaksanakan secara berkelompok, Lazarowitz dan kawan-kawannya (1988) dan juga Sharan dan para koleganya (Sharan et al, 1989; Sharan & Sharan, 1990) mendisain model kelompok investigasi yang memberikan kemungkinan siswa untuk melakukan berbagai pengalaman belajar.

Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan

  1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya dalam “kelompok peneliti”,
  2. Merencanakan tugas pembelajaran,
  3. Melaksanakan penyelidikan,
  4. Menyiapkan laporan,
  5. Menyampaikan laporan akhir,
  6. Mengevaluasi program.

Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat penting guna memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka. Pengalaman yang baik seperti ini akan memotivasi siswa untuk belajar dan mau menyelidiki (menginvestigasi) lebih lanjut. Pengalaman bekerjasama dalam banyak hal sangat sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang sejak lama di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan melatihkannya kepada para siswa.


Dalam kerja kelompok siswa, Malone dan Krismanto (1993) menemukan bahwa sebagian besar siswa menginginkan mereka sendirilah yang menentukan anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 3 − 5 orang siswa campuran putra dan putri dan dengan berbagai tingkat kemampuan siswa.
Hal ini sesuai dengan Sharan (1980) bahwa kelompok semacam itu memberikan efektifitas dalam peningkatan hasil belajar siswa.


Sikap dan kemauan siswa dalam menggunakan pendekatan investigasi tidak terlepas dari kegemaran siswa akan matematika, pemahaman siswa tentang kegunaan matematika dan keberanian siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan matematika mereka. Ini sesuai dengan paham yang dikembangkan oleh para pakar dan peneliti serta penganut konstruktivisme. Karena ituseberapa jauh keberhasilan penggunaan pendekatan investigasi juga antara lain tergantung ketiga faktor. Karena itu maka guru juga perlu mengetahui seberapa jauh hal di atas dimiliki siswa disamping berusaha untuk lebih memberikan pemahaman kepada para siswa.
Model Pembelajaran

Senin, 26 Desember 2011

TEORI RALAT

TEORI RALAT

Disajikan: Penerangan Teori Ralat Pra Praktikum

untuk mahasiswa eksakta UGM

CIRI –CIRI FISIKA:

a).analisa Fisika berpangkal pada sistem yang sederhana.

Pembahasan masalah fisika pendekatan yang paling sederhana sampai sedapat mungklin tanpa pendekatan

Masalah rumit

Tanpa Pendekatan

Sistem yang

sederhana

Dengan Pendekatan

diselesaikan

b).Fisika berbasis eksperimen

Eksperimen: alat penguji secara nyata suatu perkembangan ilmu fisika (secara teoritis).

Hipotesa

Analisa

teoritis

Hasil

teoritis

Pengujian

eksperimen

Hasil

eksperimen

cocok

selesai

Ya ?

Tidak

PERANAN EKSPERIMEN DALAM PERKEMBANGAN ILMU

I. PENDAHULUAN

· Apa itu Fisika? Berciri: umum, mendasar (basiknya)

· Apa itu Praktikum Fisika Dasar? Pembuktian teori

· Mengapa perlu Praktikum Fisika Dasar? Kognitif, motorik

· Apa manfaatnya? Bisa: menulis, meneliti, lebih memahami

· Manfaat, dan perannya bagi fakultas masing-masing?

1.1 Peristilahan

· Istilah : Ralat = Ketakpastian

· Ralat : resiko dari pengukuran

· Penyebab : keterbatasan kemampuan alat ukur, obyek, pengukur

1.2 Latar Belakang

· Fisika : ilmu tentang hal yang kuantitatif (Acuan?)

· Kuantitatif : menjawab pertanyaan “Berapa” tentang sesuatu

(dalam bentuk angka)

· Sesuatu : besaran fisika = segala pengertian yang dapat dikenai ukuran

· Fisika : ilmu tentang mengukur? Berhubungan dg pengukuran/pengamatan

· Mengukur : membandingkan besaran dengan satuan tertentu

· Satuan : ukuran pembanding yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.

· Hukum Fisika = interaksi antarbesaran Fisika

F = ma

PV = nRT

1.3 Laboratorium

= Tempat hukum Fisika (dengan sengaja) ditimbulkan.

· Pemanfaatan laboratorium : praktikum, riset

· Praktikum = eksperimen yang sudah pernah dikerjakan orang lain (ada acuan hasil ukur) dan untuk pembelajaran.

· Riset = eksperimen, bersifat baru (orisinil, hasil imbas penelitian lain), untuk dimanfaatkan (bagi perkembangan iptek dan terapan).

II. PENGUKURAN

· Tujuan:

1. ideal : memperoleh hasil ukur yang tepat betul (tak pernah tercapai, waktu gerhana bulan)

2. sejati : memperoleh hasil ukur yang benar dan baik (baik = teliti dan bisa dipercaya)

· Hasil ukur benar : sesuai acuan

· Hasil ukur baik : memberikan ralat relatif (dalam persen) ber- nilai kecil

· Hasil ukur : kisaran antara nilai minimum dan maksimum

= nilai ukur rerata (terbolehjadi benar)

= nilai ralatnya = ralat mutlak

Contoh:

1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi (g)

· Acuan : g= 978 cm/s2

· Hasil ukur Si A : cm/s2

Kisarannya : (960 s.d. 1020) cm/s2

Kategori : benar, tetapi tidak baik

· Hasil ukur Si B : cm/s2

Kisarannya : (978 s.d. 982) cm/s2

Kategori : benar, dan baik

2. Apakah ini emas ataukah logam campuran?

· Acuan : remas = 990g/cm3 rlogam = 860g/cm3

· Hasil ukur Si A : r = 900 g/cm3

Kisarannya : tidak tahu

Kategori : tanpa makna

· Hasil ukur Si B : r = (960 100)g/cm3

Kisarannya : (860 s.d. 1060)g/cm3

Kategori : tidak bisa menjawab tujuan

· Hasil ukur Si C : r = (980 10)g/cm3

Kisarannya : (970 s.d. 990)g/cm3

Kategori : emas, bukan logam lain

· Hasil ukur benar : biasa, terjadi pada setiap hasil prakt.

· Hasil ukur baik : oleh metode dan analisis yang baik, terlihat pada laporan praktikum.

III. RALAT PENGUKURAN

· Istilah: = ralat mutlak; = ralat relatif

· Penyebab ralat : keterbatasan kemampuan alat ukurnya

· Ketelitian dan keterpercayaan tergantung alat ukurnya:

(a) alat jelek : bisa disebut baik dan dipercaya

bahkan tidak dipercaya

(b) alat baik : terlalu kasar

· Cara membuat hasil ukur baik: ralat relatifnya dibuat kecil, tanpa dengan menyiksa diri.

· Cara membuat ralat relatif menjadi kecil, diperkecil/dibuang ralat dari setiap sumbernya.

· Sumber ralat:

(a) ralat rambang (random error),

(b) ralat sistematis,

(c) ralat kekeliruan tindakan.

(a) Ralat rambang

· Disebabkan karena pengukuran berulang.

· Cara memperkecil: dilakukan pengukuran banyak kali.

· Persamaannya: ;

N= jumlah pengukuran; xi = pengukuran ke i

Gambar 1 Mengukur panjang pensil. Gambar 2 Mengukur 100x.

Contoh 1: Mengukur panjang pensil (10 kali), berapa panjang pensil

itu (l)?

Data hasil ukur (dalam cm): 10,00 10,00 10,41 10,22

10,11 9,80 9,92 10,11

9,91 10,00

Penyelesaian: = 10,00 cm = 0,05

· Hasilnya: cm

(b) Ralat Sistematis

· Nilainya tetap, bisa dibuang

· Disebabkan oleh alat dan atau metode

· Cara membuang ralat sistematis:

b.1 Alat: ditera, diperbaiki, dievaluasi hasil ukurnya

Misalnya: pembacaan meter bensin harusnya 0 tapi 1,

pembacaan diameter pipa kapiler di dalam gelas.

b.2 Metode membuang ralat sistematis, misal: ukur panjang

tali pada ayunan matematis.

Contoh 2: Ayunan matematis

Gambar 3 Ayunan Matematis

· Persamaan:

· Tujuan : mengukur g

· Hasil ukur teliti bila: T dan l teliti

· s s sehingga setiap 10T maka s

· Ukur l: ; , sehingga tidak mem-pengaruhi g (Gambar 4). Slope = S =

Gambar 4 Periode ayunan fungsi panjang tali.

(c) Ralat kekeliruan tindakan

· Disebabkan keterbatasan kemampuan manusia sebagai pengukur.

· Dihilangkan dengan cara introspeksi

IV. PERAMBATAN RALAT

· Ralat disumbang oleh setiap parameter yang diukur langsung.

· Banyak parameter ukur, ralatnya makin besar.

Contoh 3:

(a) Mengkur luas: panjang ( ), lebar ( ),

dicari: , Gambar 5.

(b) Mengukur volume silinder: diameter ( ), panjang

( ), dicari: (Gambar

6).

Gambar 5 Hitung luas pelat. Gambar 6 Hitung volume silinder

(a) ; ; ;

atau

(b) ;

Hasilnya: ;

ukur d lebih hati-hati dibanding t

V. GRAFIK

· Untuk memudahkan pandangan

· Aturan membuat grafik:

1. sebab (= absis, yang diatur), akibat (= ordinat, yang diukur)

2. skala = angka bulat dan mudah

3. 30o < slope < 60o

4. garis = garis terbolehjadi melalui seluruh titik

5. untuk analisis, grafik dibuat linear

Gambar 7 Penampilan grafik. Gambar 8 Linearisasi grafik.

· Slope = Gambar 8 ditambah grafik fungsi aslinya.

· Garis terbolehjadi memberikan Gambar 7, 2 garis hasil:

g’ dan g’’

· Garis ketakpastian (tidak digambar) memberikan g’,

· Hasil ukur:

VI. PENULISAN LAPORAN

· Bahasa: efektif, efisien, bernalar

· Ingat angka penting:

(salah)

(benar)

Satuan besaran yang diukur ditulis dg benar

· Susunan Laporan:

1. Judul : sama dengan judul praktikum

2. Tujuan : kuantitatif (mengukur, menggambar ...,

bukannya mengetahui ...)

3. Landasan teori : persamaan yang digunakan, arti

lambang, apa diatur dan apa diukur

4. Metode eksperimen : proses mencapai tujuan, buat bagan

biar jelas

5. Hasil dan Pembahasan : grafik, hasil ukur, analisis

6. Kesimpulan dan saran : jawab tujuan, saran perbaikan

7. Daftar pustaka :

Nama, tahun: judul, edisi, penerbit, kota

Kahar,M., 2007: Desember Kelabu, edisi 2, MIPA,

Yogyakarta

www.dikti.org.diknas/70/1/online/jurnal

8. Lampiran : Laporan sementara sudah di acc asisten dan nama terangnya